Langsung ke konten utama

Tips Sukses Pubertas, Gen Z Ayo Merapat!

                                                              (Pixabay/PublicDomainPicture) Siapa di sini yang udah memasuki masa-masa pubertas? Masa pubertas, merupakan masa dimana semuanya benar-benar berubah.  Ya gimana enggak, masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Uniknya, ketika memasuki masa pubertas dibilang masih anak-anak nggak mau tapi dibilang dewasa juga belum siap 🙊 Eits, tapi tenang aja kalau kamu udah ada di masa pubertas ini. Karena aku bakalan spill Tips Sukses Pubertas yang sangat mudah kamu terapkan di dalam keseharianmu ☺ 6 Tips Sukses Pubertas 1. Pahami Perubahan Bentuk Tubuh (fisik) Hal yang bikin kaget dan tentu saja penanda pertama ketika kamu memasuki masa pubertas adalah, perubahan bentuk tubuh. Suara mulai berubah (perempuan cempreng, laki-laki nge-bas), tumbuhnya bulu-bulu di area-area tertentu, jerawat, dada bidang (laki-laki),  haid (perempuan), adanya sperma (laki-laki), dan tumbuhnya payudara (perempuan). Jadi jangan

Perbincangan Dua Perempuan

Di dalam sebuah garasi
"Nanti mau ikut kajian nggak di TSB?"
"Boleh, kajian apa?"
"Sianida"
"Sianida?" mengerutkan kening
"Iya, siap nikah muda hahhaha"
"Oalah. Iya.. Iya, aku juga tau dari temen. Eh katanya boleh sekalian bawa CV"
"Waahh, masa?"
"Iya teh"
"Ya udah, kamu bawa CV"
Terkekeh "Hehehe, adanya juga CV kerjaan"
"Aku nggak mau kalau bawa CV"
"Lho kenapa?"
"Pasti isinya yang muda-muda. Emang ada yang mau sama aku"
Glek, menelan ludah dan tertohok. Sosok wanita di depanku yang sedang menurunkan barang dari bagasi mobil merahnya berparas sangat cantik, ya sangat cantik tanpa terkecuali sedikitpun. Kini usianya menginjak 37 dan tahun depan sudah lah pasti menginjak usia 38, namun meski begitu ia nampak sangat awet muda seperti berusia 29, dan usia selalu menjadi salah satu faktor yang membuat seorang perempuan cemas terutama jika dihubungkan dengan pernikahan. 
"Mmhh.. Aku punya kenalan, ya belum lama sih kenalnya. Dia cocok ko sama teteh, dia keren. Dia peneliti dan teteh dosen, ya cocok lah. Usianya 34, gimana?" 
"Memang dia mau sama aku? Aku kan lebih tua" Terdengar nada pasrah ketika menyinggung usia dan tentu saja aku terdiam mematung. Sulit untuk menyangkal. 

Setelah semua barang di dalam bagasi diturunkan semua, kami pergi ke arah berbeda. Masing-masing mempersiapkan diri untuk ikut kajian nanti sore. 

Sore... 

"Yu" ajaknya dan aku mengangguk. Berjalan ke arah garasi membuka pintu gerbang lalu menutupnya kembali dan masuk ke dalam mobil merahnya.

Kami terdiam, terutama diriku. Aku merasa sangat segan untuk memulai percakapan. Otakku berpikir sangat keras, mengapa wanita secantik dia belum menikah, dan apa yang salah? Tingginya bagaikan model-model majalah, kulitnya putih bersih tanpa noda bahkan jerawat sedikitpun, dia pintar bahkan sangat pintar bahkan sekarang ia menjadi dosen tetap di salah satu universitas ternama, agamanya baik, keturunan baik-baik, dan ia mapan. Lantas mengapa? Mengapa ia belum menikah diusianya kini? 

Kami terdiam. Aku sibuk dengan berbagai pertanyaan di dalam kepalaku dan mungkin dia fokus mengemudikan mobilnya. 

"Ustadznya ganteng lho yang mau ngisi" Ia membuka percakapan 
"Wha iya?" 
"Iya, beda sama ustadz yang lain. Ganteng, six-pack, Lc, keren deh hahah" 
"Oh hahahha, dasar" 
"Dan dia menikah muda. Anaknya sudah dua kalau tidak salah" 
Lagi-lagi ia secara tidak langsung menyinggung masalah usia dan pernikahan, dan aku berusaha mengalihkan.
"Kalau kata temenku, mas-mas ganteng nan sholeh sudah habis sama mba-mba keren hehehhe"
"Maksudnya?"
"Jadi pernah ada di kampus ikhwan yang ganteng banget. Saking gantengnya setiap perempuan yang papasan sama dia, suka jadi baper hhahaha"
"Oh ya, ko bisa?"
"Karena selain ganteng dan agamanya bagus, dia juga aktivis kampus hahha"
"Oohh pantesan"
"Dan kita sebagai perempuan suka menebak-nebak seperti apa wanita yang kelak ia pilih. Pasti ia memilih sosok wanita yang sempurna, dan pastinya wanita tersebut cantik hahaha" Aku berusaha mencairkan suasana. Ku melihat ia mulai terkekeh ikut tertawa.
"Terus dia menikah" lanjutku "Dan kita semua kaget atas perempuan yang dia pilih"
"Lho ko bisa?"
"Karena maaf, secara fisik wanita itu sangat tidak cantik. Wanita itu gendut, berkulit hitam, tidak suka dandan, ya pokoknya maaf jelek lah secara fisik"
"Hemm, berarti dia menikah bukan karena fisik"
"Iya, bukan karena fisik. Tapi dia keren sih. Dia sama-sama aktivis, dan ya dia juga mahasiswi berprestasi. Secara kualitas cocok lah"
Benar saja, beberapa detik kemudian kita terdiam. Berusaha merangkai kata yang pas untuk melanjutkan obrolan ini.
"Karena ternyata cantik saja tidak cukup" lanjutnya dengan nada yang sangat lirih. Aku benar-benar dibuat terdiam kali itu. Ada nada kecewa yang sangat mendalam yang aku dengar dengan ucapannya.
"Kadang, astagfirullah suka berpikir kalau ada orang yang menikah terus merasa bahwa sebenarnya yang lebih pantas menikah itu kita, bukan dia. Astagfirullah, harusnya nggak boleh gitu ya?"
"Hehehe iya" Aku bahkan tertawapun sangat canggung ketika berada dalam situasi itu.
"Ya tapi bagaimana, orang udah jodohnya hahaha" ia tertawa kecil dan aku mencoba untuk ikut tertawa juga.

Kami terdiam, lagi-lagi terdiam. Lalulintas Kota Bandung sangat lenggang sore ini, namun tidak selenggang perbincangan kami di dalam mobil ini.

"Aku sebenarnya bingung" ia lagi-lagi membuka percakapan
"Bingung kenapa?" tanyaku
"Kita kan tidak boleh menyesali apa yang sudah terjadi. Usiaku terus bertambah dan aku perempuan. Kamu tau kan, perempuan ketika sudah menikah fokusnya ke keluarganya masing-masing terutama anak. Ya, aku bersyukur punya kakak-kakak perempuan yang baik-baik tapi aku harus mengalah karena aku juga mengerti mereka semua sudah berkeluarga, tinggal aku yang belum" ia menghentikan perkataannya mengambil waktu jeda untuk meneruskan kalimatnya.
"Aku tidak menyalahkan mereka, sama sekali tidak. Karena aku faham, setelah menikah seorang perempuan sudah lepas dari keluarganya. Aku faham itu, terutama ketika mamah dan papap sakit"
Lagi-lagi terdiam untuk mengambil jeda
"Karena hanya aku yang belum menikah, aku merawat mereka, namun tidak terasa usiaku terus bertambah hingga keduanya meninggal dan kini aku merasa sendiri"
Hening dan suasana semakin canggung, tetapi ia tetap meneruskan ceritanya
"Dulu sempat ada yang mengajak menikah, tapi aku bilang aku mau fokus S2 dan mau menikah setelah S2 ku selesai. Karena aku beasiswa, aku dibiayai kampus untuk S2 karena aku dosen, aku tidak mungkin menolak kesempatan ini dan dia memutuskan untuk menikahi wanita lain, ya kini dia sudah punya anak. Laki-laki itu enak, mereka tinggal memilih. Kita sebagai perempuan hanya menunggu untuk dipilih"

Mobil memasuki gerbang utama TSB

"Hingga akhirnya ada lagi yang mengajak aku menikah. Aku dikenalkan teman, tapi aku menolaknya"
"Lho kenapa ditolak?"
"Karena aku disuruh jadi istri keduanya. Ya aku tolaklah. Meski temanku menyayangkan keputusanku ini, katanya dia dokter yang sukses. Ya meski dia dokter, aku nggak mau lah kalau jadi istri kedua"
Aku terdiam dan mengiyakan, karena akupun pernah berada diposisi yang sama dilamar untuk menjadi istri kedua. Sampai sekarang aku tidak habis berpikir mengapa lelaki setega itu, maksudku istrinya cantik, memiliki anak-anak yang lucu, keluarga yang lengkap, lantas mengapa menginginkan wanita lain untuk dijadikan istri kedua, istri kedua yang notabenenya perempuan itu masih muda dan tentu saja belum menikah. Bahkan orang sekelas Rasul pun sangat setia kepada ibunda Khadizah dan menikah lagi dan lagi ketika beliau wafat, bahkan ia menikahi janda-janda tua setelahnya kecuali Aisyah (setauku). Itu pun menikahi Aisyah karena kecerdasannya dan tentu saja dalam rangka dakwah, sementara ini? Menikah dengan seorang gadis yang usianya jauh lebih muda, lantas apa yang dicari?

Perbincangan terhenti. Mobil mengarah ke tempat parkir. Ketika turun dari mobil dan menuju masjid, kami berpapasan dengan beberapa mata lelaki yang menatap takjub ke arahnya. Ya tentu saja, kecantikan yang ia punya tanpa cela. Bahkan aku pun yang seorang perempuan, benar-benar takjub akan kecantikannya.

Memasuki masjid ia segera mengambil air wudhu, sementara aku menunggunya di depan penitipan barang. Setelah itu, kami beranjak naik ke lantai 2 untuk bersiap melaksanakan sholat magrib. Selepas sholat magrib, ia mengeluarkan Al Qur'an berwarna hijau dari dalam tasnya. Ia membacanya dengan suara yang sangat merdu dan membuatku benar-benar menikmati bacaannya. Selesai tilawah ia mengeluarkan buku catatannya.

"Ini lihat" ia menyodorkan buku catatannya ke arahku. Aku melihat buku catatannya yang ia tulis sangat rapih. Aku membaca sebuah rangkuman kajian dengan tema "Cinta Ali dan Fatimah" lalu ia tersenyum ke arahku.
"Sebelumnya kajiannya temanya tentang ini" Lagi-lagi ia tersenyum dengan senyuman manisnya. Namun perbincangan terhenti karena kajian akan segera dimulai.

Selama kajian

Sesekali aku memperhatikannya. Sesekali ia tersenyum namun sesekali juga ia terlihat memikirkan suatu hal, dan entah apa yang ia pikirkan. Entah mengapa waktu tiba-tiba seakan diputar ulang kembali. Aku yang masih SD dan dia yang hampir menyelesaikan kuliah S1nya. Pembicaraan kami hanya seputar permainan boneka atau ice cream coklat kesukaannya. Rasanya waktu berlalu begitu sangat cepat. Usiaku 27 dan dia 37, pun kami berada diposisi yang sama-sama belum menikah.

Aku menghentikan lamunanku. Kajian dijeda untuk sholat isya. Lalu setelah sholat isya, kita sepakat untuk menuju ke lantai 1 masjid tujuannya agar lebih lenggang dengan udara yang tidak sepanas di lantai 2.

Jam menunjukan hampir pukul 9 malam, waktunya sesi tanya jawab. Namun kamu mengajakku bergegas pulang takut terlalu malam. Aku menyetujuinya dan segera bergegas meninggalkan masjid. Tiba-tiba aku teringat seorang teman yang darinya aku mengetahui info kajian ini. Seorang teman yang ku ceritakan diawal cerita. Seorang peneliti yang berusia 34 tahun dan ya mungkin saja dia cocok dengan sepupu ku ini tetapi lagi-lagi aku tiba-tiba terngiang-ngiang "Memang dia mau sama aku, aku kan lebih tua" ah tapi siapa tau ketika di masjid ini kita bertemu dan akan kuperkenalkan dia dengan sepupuku, dan setiap langkah yang ku buat aku selalu berharap kita bertiga bertemu.

Sepanjang jalan menuju parkiran, selalu saja kudapati pandangan lelaki yang seakan tidak memalingkan pandangannya darinya. Bahkan ketika kami memutuskan makan di suatu tempat makan fast food, lelaki yang duduk di meja sebelah menatap tajam ke arah sepupuku pun ketika kami selesai makan dan menuju mobil, ada saja lelaki yang menatap tajam ke arahnya. Awalnya aku risih, namun setelah beberapa hari jalan dengannya aku pun mulai terbiasa dengan situasi ini.

Di dalam mobil ketika perjalanan pulang kami lebih banyak terdiam. Sesekali aku membuka HP dan mengecek account instagram. Sebuah story dari lelaki berusia 34 tahun itu mengejutkanku, ternyata dia hadir di kajian yang tadi lalu aku bergumam dalam hati "Seandainya kalian bertemu, maka akan dengan sangat senang hati aku memperkenalkan kalian berdua. Kalian cocok, kalian orang baik, kalian sepadan. Semoga" lirihku dalam diam. Namun lagi-lagi terngiang "Memang dia mau sama aku? Aku kan lebih tua. Lelaki itu maunya sama yang lebih muda" Kalimat penegasan yang keluar dari mulutmu dan entah mengapa terjebak didalam kepalaku malam itu.

Tiba-tiba teringat sekitar dua hari yang lalu ketika kita ngobrol bersama dengan dua keponakan kita yang masih SD.

"Jangan lupa nitip do'a ya" katamu kepada Lili yang lusa akan berangkat umroh
"Do'a?" Lili nampak bingung dan kamu hanya mengangguk
"Aaahhh aku tau. Do'a minta jodoh kan hahaha" Lili tertawa dan kita semua tertawa, tak terkecuali kamu dengan tatapan kosongmu ke arah langit-langit seperti mengharapkan sesuatu.

Jodoh dan usia
Memang misteri
Memang tidak tau kapan Allah akan memberikan jawabannya
Namun yakinlah, bahwa wanita yang baik untuk lelaki yang baik
Begitupun denganmu
Aku sangat yakin, suatu saat Allah akan mempertemukan mu dengan jodoh terbaikmu
Jodoh yang Allah pilihkan langsung untukmu
Dan do'a terbaik selalu untukmu

Aamiin



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between of 2 Type (INTJ-INFJ)

Kenal sama MBTI itu pas kuliah Pengantar Psikologi, dan hasilnya langsung nunjukin kalau saya tipe INTJ. Hmmmhhh... Dan INTJ ini tetep konsisten ada pada diri saya. Pokoknya pas saya nyoba lagi ngisi tes MBTI, hasilnya PASTI INTJ, hingga entah ada angin apa suatu ketika saya iseng ngisi lagi di tempat yang berbeda dan hasilnya berubah jadi INFJ. Saya di sini nggak akan ngejelasin tetek bengek ciri-ciri INTJ or INFJ itu kayak gimana. Pokoknya kalau penasaran, ya tinggal googling aja. Banyak bangeett ulasan keduanya. Pokoknya di sini saya bakalan ceritain keajaiban menjadi seorang wanita INTJ yang adakalanya berubah jadi INFJ :D. Entah kenapa dari saya kecil, saya suka ngerasa beda sama temen-temen cewe saya. Beda aja, nggak tau kenapa. Beda karena saya doyan manjat-manjat, nggak suka dipanggil "eneng" (panggilan buat anak cewe Sunda) yang emang kedengerannya feminim banget, suka mikir yang aneh-aneh yang nggak pernah orang lain pikirin (jadi waktu saya TK saya berusaha ker

Bahagianya Menjadi Anak IKK (Ilmu Keluaraga dan Konsumen)

Milih jurusan itu udah kaya milih jodoh, karena salah-salah milih malah bikin pengen cepet-cepet pisah. Daaann...inilah aku sekarang, di departemen yang sangat aku cintai IKK =* Masih banyak banget orang di luar sana yang memandang sebelah mata sama jurusanku ini, utamanya ngelihat judulnya yang mungkin ya dirasa sangat simple dan semua orang biasanya melalui tahap itu, keluarga. Eniwei, meski enggak belajar IKK pun banyak yang masih beranggapan kalau keluarga itu bisa banget dipelajari dengan mudah, jadi enggak usahlah buang waktu kuliah buat mempelajari hal yang kayak begini -,-". Ya..namanya juga pendapat orang yang enggak tau, well seenggaknya dengan banyak anggapan seperti itu justru bagiku malah makin penasaran sama jurusan ini, hingga akupun pada akhirnya berpindah haluan dan lebih memilih IKK untuk dipelajari lebih dalam. Di IKK ngapain sih? Mungkin itu pertanyaan klise yang ditanyain banyak orang setelah mendengar jurusan yang rada enggak biasa ini.

Tips Sukses Pubertas, Gen Z Ayo Merapat!

                                                              (Pixabay/PublicDomainPicture) Siapa di sini yang udah memasuki masa-masa pubertas? Masa pubertas, merupakan masa dimana semuanya benar-benar berubah.  Ya gimana enggak, masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Uniknya, ketika memasuki masa pubertas dibilang masih anak-anak nggak mau tapi dibilang dewasa juga belum siap 🙊 Eits, tapi tenang aja kalau kamu udah ada di masa pubertas ini. Karena aku bakalan spill Tips Sukses Pubertas yang sangat mudah kamu terapkan di dalam keseharianmu ☺ 6 Tips Sukses Pubertas 1. Pahami Perubahan Bentuk Tubuh (fisik) Hal yang bikin kaget dan tentu saja penanda pertama ketika kamu memasuki masa pubertas adalah, perubahan bentuk tubuh. Suara mulai berubah (perempuan cempreng, laki-laki nge-bas), tumbuhnya bulu-bulu di area-area tertentu, jerawat, dada bidang (laki-laki),  haid (perempuan), adanya sperma (laki-laki), dan tumbuhnya payudara (perempuan). Jadi jangan