(Pixabay/PublicDomainPicture) Siapa di sini yang udah memasuki masa-masa pubertas? Masa pubertas, merupakan masa dimana semuanya benar-benar berubah. Ya gimana enggak, masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Uniknya, ketika memasuki masa pubertas dibilang masih anak-anak nggak mau tapi dibilang dewasa juga belum siap 🙊 Eits, tapi tenang aja kalau kamu udah ada di masa pubertas ini. Karena aku bakalan spill Tips Sukses Pubertas yang sangat mudah kamu terapkan di dalam keseharianmu ☺ 6 Tips Sukses Pubertas 1. Pahami Perubahan Bentuk Tubuh (fisik) Hal yang bikin kaget dan tentu saja penanda pertama ketika kamu memasuki masa pubertas adalah, perubahan bentuk tubuh. Suara mulai berubah (perempuan cempreng, laki-laki nge-bas), tumbuhnya b...
Anwar dan Sabiq, dua sepupu saya yang lahir sekitar tahun 97. Keduanya sebaya, namun keduanya sama-sama mengajarkan saya akan artinya tawakal dan ikhlas.
Anwar dan Sabiq
Tinggal di kota yang berbeda. Anwar tinggal di Bandung dan mondok selama 6 tahun di Kuningan. Sementara Sabiq, dia tinggal di Tasik dan sekolah negeri di sana. Menariknya, mereka pada akhirnya merasakan hal yang sama. Sama-sama diuji Allah dengan kesungguhan untuk memperjuangkan cita-citanya.
Anwar
Mendaftar jalur undangan untuk masuk ke salah satu PTN di Bandung. Karena entah gimana ceritanya, Anwar memutuskan mengambil jurusan psikologi di Unpad, awalnya saya berpikir ia mengikuti kakaknya Irsyad yang terlebih dahulu mengambil psikologi di Brawijaya. Namun hal lain pun terjadi.
Sabiq
Selepas SMA ia mendaftar ke berbagai PTN. Pilihannya waktu itu sosiologi, bahasa Jerman, dan kriminologi. Namun Allah berkehendak lain, walau selama TO dia selalu nyaris mendapatkan nilai sempurna (utamanya pada mata pelajaran sosiologi sebagai mata pelajaran favoritnya), namun Allah berkehendak lain. Hingga satu tahun dia lulus, tak ada satupun PTN yang menerimanya "Bawaannya pengen ngumpet kalau lebaran. Nggak siap kalau ditanya kuliah di mana" gitu katanya.
Akhirnya diwaktu yang sama Anwar dan Sabiq menjalankan hal yang berbeda. Anwar kuliah di Unpad dan Sabiq masih berjuang belajar buat SBM tahun depan.
Namun
"Anwar nggak betah kuliah" tiba-tiba terdengar kabar itu. Kita sekeluarga kagetnya bukan main. Apa lagi saya yang ngidam banget dari jaman SMA pengen masuk psikologi, tapi nggak diijinkan. Kesel rasanya dengernya. Pas saya tanya umminya, umminya bilang "Anwar nggak suka sama pergaulan temen-temen kuliahnya. Masa yang perempuan meski pake jilbab ngomongnya kasar. Anwar kebiasaan di pondok, ya kaget pas tau pergaulan di luar. Terus katanya Anwar, psikologi nggak usah belajar di kuliah, cukup baca aja udah ngerti" kurang lebih gitu katanya. Mendengar itu makin kesel lah saya, karena ada yang menyepelekan psikologi (kebawa baper hahaha). Namun saya faham, tentunya berat bagi Anwar yang terbiasa berada di lingkungan kondusif, sekarang bebas.
Dan Sabiq
Meski sering minder karena ditanya kuliah di mana, tapi lama kelamaan dia nggak peduli. Hal yang penting baginya adalah belajar terus, hingga tahun depan tembus PTN. Kalau saya tanya mau ambil apa, dia menjawab dengan mantap "sosiologi".
Sabiq sibuk menyiapkan diri untuk belajar agar tembus PTN, dan Anwar makin lama-makin nggak betah jalanin kuliah dan tentu hal ini berpengaruh dengan nilai-nilai akademiknya.
Hingga
Usaha dan do'a-do'a Sabiq terkabul. Dia berhasil tembus UPI jurusan sosiologi. Dia udah nggak minder lagi kalau ditanya orang kuliah di mana. Pas saya tanya kenapa di UPI, alasannya "Pengen deket teh Hana" Hana adik saya yang kuliah juga di UPI. Karena rumah saya dan Sabiq dekat, maka Hana dan Sabiq juga sangat dekat. Hana anggap Sabiq seperti adiknya sendiri, saya pun begitu anggap Sabiq. Sabiq dimata kita sudah seperti adik kandung.
Namun Anwar
"Anwar lebih sering di rumah. Anwar lagi siapkan buat ikut SBM" gitu kata umminya. Pas saya tanya, Anwar mau lanjut ke mana, umminya bilang pengen ambil teknik kimia. Masya Allah, ini beneran kebalik. Dulu saya keluar dari kimia dan ke IKK yang bau-bau psikologi. Lha sekarang Anwar tinggalkan psikologi demi kimia.
Sabiq enjoy dengan kuliahnya dan berbanding terbalik dengan Anwar yang ingin melepas kuliahnya di psikologi, dan waktu terus berjalan.
"Anwar nggak keterima"
Kita makin kaget aja dibuatnya. Apa lagi Anwar yang jalanin. Anwar dinasehatin mungkin psikologi memang yang terbaik buat Anwar, jadi Anwar harus nerima. Bahkan Irsyad kakaknya yang ambil psikologi juga sering nasehatin. Tapi Anwar tetep keukeuh sama pendiriannya "Pokoknya téknik kimia. Teknik kimia itu seru ummi" gitu katanya.
Dan
Tahun ini tahun terakhir Anwar memiliki kesempatan untuk daftar SBM. Anwar teguh pendirian bahwa ia akan tetap ambil teknik kimia. Pun ia buktikan usahanya dengan meraih nilai TO yang nyaris nilainya hampir sempurna. "Ummi, nilai TO Aa bagus lho. Bahkan Aa termasuk yang terbesar nilainya. Katanya kalau nilai segini Aa bisa masuk teknik kimia" umminya menanggapi dengan "Serahin aja ke Allah A, Allah nanti kasih yang terbaik".
Hingga SBM tulis dibuka beberapa hari yang lalu, dan Anwar, dia LOLOS teknik kimia UI. Kita semua sekeluarga ikut seneng. Ya... Perjuangan Anwar menjawab semuanya.
Anwar dan Sabiq
Dua sepupu yang mengajarkan saya lagi-lagi tentang keikhlasan. Ikhlas jalankan apa yang udah Allah tentukan. Ikhlas jalankan setiap prosés yang udah Allah tetapkan. Ikhlas dengan segala hasil yang Allah berikan. Dan pastinya selalu yakin akan yang terbaik buat masa depan kita, se mustahil apa pun terlihatnya kita harus tetap "perjuangkan".
Karena
Hanya Allah yang atur semuanya
Hanya Allah yang udah rancang desain terbaikNya
Hanya Allah yang tau mana yang terbaik untuk hambaNya
Serahkan semua kepada Allah
Bertawakal lah
Dari episode ini saya pun belajar akan arti ikhlas dan tawakal. Jadi teringat juga ketika saya sudah hampir tidak ada harapan untuk masuk IKK, namun Allah yang udah atur semuanya. Bahkan saya malah berkarir di IKK.
Dan penantian
Semuanya udah ada yang atur, deketin aja yang ngaturnya
Allah
-Nasywa, H-1 resign-
Anwar dan Sabiq
Tinggal di kota yang berbeda. Anwar tinggal di Bandung dan mondok selama 6 tahun di Kuningan. Sementara Sabiq, dia tinggal di Tasik dan sekolah negeri di sana. Menariknya, mereka pada akhirnya merasakan hal yang sama. Sama-sama diuji Allah dengan kesungguhan untuk memperjuangkan cita-citanya.
Anwar
Mendaftar jalur undangan untuk masuk ke salah satu PTN di Bandung. Karena entah gimana ceritanya, Anwar memutuskan mengambil jurusan psikologi di Unpad, awalnya saya berpikir ia mengikuti kakaknya Irsyad yang terlebih dahulu mengambil psikologi di Brawijaya. Namun hal lain pun terjadi.
Sabiq
Selepas SMA ia mendaftar ke berbagai PTN. Pilihannya waktu itu sosiologi, bahasa Jerman, dan kriminologi. Namun Allah berkehendak lain, walau selama TO dia selalu nyaris mendapatkan nilai sempurna (utamanya pada mata pelajaran sosiologi sebagai mata pelajaran favoritnya), namun Allah berkehendak lain. Hingga satu tahun dia lulus, tak ada satupun PTN yang menerimanya "Bawaannya pengen ngumpet kalau lebaran. Nggak siap kalau ditanya kuliah di mana" gitu katanya.
Akhirnya diwaktu yang sama Anwar dan Sabiq menjalankan hal yang berbeda. Anwar kuliah di Unpad dan Sabiq masih berjuang belajar buat SBM tahun depan.
Namun
"Anwar nggak betah kuliah" tiba-tiba terdengar kabar itu. Kita sekeluarga kagetnya bukan main. Apa lagi saya yang ngidam banget dari jaman SMA pengen masuk psikologi, tapi nggak diijinkan. Kesel rasanya dengernya. Pas saya tanya umminya, umminya bilang "Anwar nggak suka sama pergaulan temen-temen kuliahnya. Masa yang perempuan meski pake jilbab ngomongnya kasar. Anwar kebiasaan di pondok, ya kaget pas tau pergaulan di luar. Terus katanya Anwar, psikologi nggak usah belajar di kuliah, cukup baca aja udah ngerti" kurang lebih gitu katanya. Mendengar itu makin kesel lah saya, karena ada yang menyepelekan psikologi (kebawa baper hahaha). Namun saya faham, tentunya berat bagi Anwar yang terbiasa berada di lingkungan kondusif, sekarang bebas.
Dan Sabiq
Meski sering minder karena ditanya kuliah di mana, tapi lama kelamaan dia nggak peduli. Hal yang penting baginya adalah belajar terus, hingga tahun depan tembus PTN. Kalau saya tanya mau ambil apa, dia menjawab dengan mantap "sosiologi".
Sabiq sibuk menyiapkan diri untuk belajar agar tembus PTN, dan Anwar makin lama-makin nggak betah jalanin kuliah dan tentu hal ini berpengaruh dengan nilai-nilai akademiknya.
Hingga
Usaha dan do'a-do'a Sabiq terkabul. Dia berhasil tembus UPI jurusan sosiologi. Dia udah nggak minder lagi kalau ditanya orang kuliah di mana. Pas saya tanya kenapa di UPI, alasannya "Pengen deket teh Hana" Hana adik saya yang kuliah juga di UPI. Karena rumah saya dan Sabiq dekat, maka Hana dan Sabiq juga sangat dekat. Hana anggap Sabiq seperti adiknya sendiri, saya pun begitu anggap Sabiq. Sabiq dimata kita sudah seperti adik kandung.
Namun Anwar
"Anwar lebih sering di rumah. Anwar lagi siapkan buat ikut SBM" gitu kata umminya. Pas saya tanya, Anwar mau lanjut ke mana, umminya bilang pengen ambil teknik kimia. Masya Allah, ini beneran kebalik. Dulu saya keluar dari kimia dan ke IKK yang bau-bau psikologi. Lha sekarang Anwar tinggalkan psikologi demi kimia.
Sabiq enjoy dengan kuliahnya dan berbanding terbalik dengan Anwar yang ingin melepas kuliahnya di psikologi, dan waktu terus berjalan.
"Anwar nggak keterima"
Kita makin kaget aja dibuatnya. Apa lagi Anwar yang jalanin. Anwar dinasehatin mungkin psikologi memang yang terbaik buat Anwar, jadi Anwar harus nerima. Bahkan Irsyad kakaknya yang ambil psikologi juga sering nasehatin. Tapi Anwar tetep keukeuh sama pendiriannya "Pokoknya téknik kimia. Teknik kimia itu seru ummi" gitu katanya.
Dan
Tahun ini tahun terakhir Anwar memiliki kesempatan untuk daftar SBM. Anwar teguh pendirian bahwa ia akan tetap ambil teknik kimia. Pun ia buktikan usahanya dengan meraih nilai TO yang nyaris nilainya hampir sempurna. "Ummi, nilai TO Aa bagus lho. Bahkan Aa termasuk yang terbesar nilainya. Katanya kalau nilai segini Aa bisa masuk teknik kimia" umminya menanggapi dengan "Serahin aja ke Allah A, Allah nanti kasih yang terbaik".
Hingga SBM tulis dibuka beberapa hari yang lalu, dan Anwar, dia LOLOS teknik kimia UI. Kita semua sekeluarga ikut seneng. Ya... Perjuangan Anwar menjawab semuanya.
Anwar dan Sabiq
Dua sepupu yang mengajarkan saya lagi-lagi tentang keikhlasan. Ikhlas jalankan apa yang udah Allah tentukan. Ikhlas jalankan setiap prosés yang udah Allah tetapkan. Ikhlas dengan segala hasil yang Allah berikan. Dan pastinya selalu yakin akan yang terbaik buat masa depan kita, se mustahil apa pun terlihatnya kita harus tetap "perjuangkan".
Karena
Hanya Allah yang atur semuanya
Hanya Allah yang udah rancang desain terbaikNya
Hanya Allah yang tau mana yang terbaik untuk hambaNya
Serahkan semua kepada Allah
Bertawakal lah
Dari episode ini saya pun belajar akan arti ikhlas dan tawakal. Jadi teringat juga ketika saya sudah hampir tidak ada harapan untuk masuk IKK, namun Allah yang udah atur semuanya. Bahkan saya malah berkarir di IKK.
Dan penantian
Semuanya udah ada yang atur, deketin aja yang ngaturnya
Allah
-Nasywa, H-1 resign-
H-1 wqwqw
BalasHapusWkwkkwkw.... Lagi galau banget sih waktu H-1 hahaha
Hapus