(Pixabay/PublicDomainPicture) Siapa di sini yang udah memasuki masa-masa pubertas? Masa pubertas, merupakan masa dimana semuanya benar-benar berubah. Ya gimana enggak, masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Uniknya, ketika memasuki masa pubertas dibilang masih anak-anak nggak mau tapi dibilang dewasa juga belum siap 🙊 Eits, tapi tenang aja kalau kamu udah ada di masa pubertas ini. Karena aku bakalan spill Tips Sukses Pubertas yang sangat mudah kamu terapkan di dalam keseharianmu ☺ 6 Tips Sukses Pubertas 1. Pahami Perubahan Bentuk Tubuh (fisik) Hal yang bikin kaget dan tentu saja penanda pertama ketika kamu memasuki masa pubertas adalah, perubahan bentuk tubuh. Suara mulai berubah (perempuan cempreng, laki-laki nge-bas), tumbuhnya b...
25 dan 26 Juli 2012
Syok mengajar di hari pertama dan ke dua bener-bener bikin aku dan Lia belajar banyak hal. Kita enggak bisa menyamakan semua kondisi murid di dalam kelas,karena sebagian besar murid pernah PAUD tetapi beberapa murid belum ikut PAUD dan langsung masuk SD gitu aja sehingga memiliki kemampuan yang bisa dikatakan bener-bener minus dan SANGAT tertinggal dengan murid-murid yang lainnya,di satu sisi yang namanya orangtua masukin anaknya ke sekolah ya tujuannya cuman satu biar anaknya pinter,dan sistem pengajaran yang baik adalah sistem yang menerima berbagai jenis input tetapi menghasilkan output yang memiliki kualitas yang sama,simplenya semua anak bisa menjadi juara kelas tanpa terkecuali.
Menghasilkan output yang sama dengan bahan baku yang berbeda-beda bukanlah suatu hal yang mudah,khususnya mengubah habit dan menumbuhkan motivasi dalam diri seseorang,maka tidaklah salah jika sekolah-sekolah 'favorit' demi menjaga 'citra diri' acap kali menerapkan seleksi siapa saja yang 'berhak' mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan ditempatnya,dan hal ini tak terkecuali untuk tingkat sekolah dasar (SD) dan saya mengalami itu,masa di mana ketika saya mau masuk SD,SD saya menerapkan sistem seleksi untuk menyaring murid-muridnya yang memiliki bibit 'unggulan' yang kelak dengan bibit-bibit unggul inilah citra baik dari sekolah tetap terjaga. Sebenarnya jika kita pikir ulang menyaring bibit unggul ini bukanlah kepentingan siswa untuk berada di kelas yang setara dengan tingkat kemampuan yang sama,tetapi hal ini sebenarnya HANYA untuk memudahkan guru agar ia tidak musti repot-repot dalam menyampaikan pelajaran,lain halnya jika guru menangani anak yang memiliki kemampuan nol bahkan minus yang pada kenyataannya dicampur dengan anak-anak yang memiliki kemampuan JAUH di atas mereka.
Dan ini yang sekarang saya rasakan
Guru dengan rancangan SKH yang telah matang dan sistematik telah menargetkan agar semua anak memiliki tingkat kemampuan yang sama,meski dengan latar belakang setiap anak yang berbeda-beda. Tetapi pada kenyataannya tidak demikian,di satu sisi saya termasuk orang yang menentang keras teori behavioris yang jika dikaji ulang banyak sekali diterapkan di sekolah-sekolah yang pada kenyataannya memiliki dampak negatif bagi tumbuh kembang siswa dan seharusnya sekolah-sekolah telah menerapkan teori minimalnya sosial learning atau konstruksivism bahkan DAP(Developmentally Appropriate Practice)yang kini telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah karakter. Masalahnya,bagaimana menerapkan teori konstruksivism jika anaknya sendiri benar-benar awam dengan ilmu dan baru kali ini sekolah?.
Sedih sebenarnya menghianati keyakinan diri saya sendiri bahwasannya saya merupakan orang yang keras menentang teori behavioris dan menyanjung teori DAP dan konstruksivism,tapi adakah teori lain yang harus saya berikan selain behavioris untuk mengkondisikan anak agar ia menyadari bahwa kini ia berada dalam situasi belajar dan belajar itu penting untuk masa depan dia sehingga dia harus legowo menerima penjejalan berbagai materi yang diberikan guru,minimalnya agar ia naik kelas dan tidak tertinggal jauh dengan teman-temannya.
Banyak pantangan yang saya sadari sebenarnya tidak boleh saya lakukan dalam mengajar seperti ketika saya megajarkan mereka menulis dengan cara menyambungkan titik-titik karena sebelumnya saya benar-benar bingung ketika saya gagal menerapkan metode fun learning seperti yang diterapkan di sekolah karakter dengan cara menggambar handphone dengan tombol-tombol berisi huruf dan angka yang hasilnya banyak sekali terdengar nada pesimis dari anak-anak bahwasannya ia tidak mampu menulis huruf dari a-z walau pada awalnya mereka semangat menggambar karena mereka semua menginginkan untuk memiliki handphone.
Selidik punya selidik ternyata anak-anak yang memiliki kemampuan rendah diakibatkan dari pola asuh yang salah,seperti ketika seorang anak yang berusaha keras menulis apa yang diperintahkan dan hasilnya masih acak-acakan ibunya berteriak-teriak dari jendela memarahi hasil kerja keras anaknya yang tidak serapih dan sesempurna anak lain,walhasil anaknya menjadi bosan mendengar teriakan ibunya dan enggan untuk menulis lagi karena kalau ia menulis pasti dikritik pedas dan diteriak-teriaki dari luar. Ada juga anak yang baru menulis langsung dihapus lagi lagi dan lagi dan akhirnya menyerah begitu saja,walau orangtuanya tidak meneriaki dari luar tapi biasanya anak seperti ini kurang motivasi dan apapun yang ia lakukan selalu dianggap salah oleh orang-orang disekitarnya khususnya orangtua, tetapi ada juga anak yang meski banyak sekali melakukan kesalahan dan mengerjakan tugas masih berantakan tetapi ia tetap semangat dan pantang menyerah untuk terus memperbaiki pekerjaannya karena ia memiliki percaya diri yang tinggi bahwa apapun yang ia kerjakan pasti mudah karena ia pintar dan memiliki kemampuan yang sama dengan teman-temannya.
Parenting merupakan kunci dari semuanya. Ketika saya mengenal anak kelas dua yang bernama Wismar saya kira ia PAUD seperti anak-anak lainnya,tetapi ternyata tidak,ketika saya tanya alasannya dari mana ia belacar membaca,menulis,dan mewarnai ia menjawab bahwa nenek dan bibinyalah yang berperan besar mengajari dia,dan yang lucu ia bilang "Wismar itu kata mama Lusi enggak usah PAUD soalnya Wismar itu udah pinter,jadi langsung SD aja".
Kondisi ini membuat saya belajar banyak hal,bukan hanya bagaimana melatih kesabaran ketika mengajar tetapi bagaimana parenting memiliki pengaruh yang SANGAT BESAR terhadap tumbuh kembang anak. Kesempatan mengajar anak-anak unik ini selama dua minggu mungkin tidak banyak membawa perubahan yang besar,hanya saja yang utama adalah bagaimana menumbuhkan motivasi belajar dan rasa percaya diri anak bahwa mereka merupakan anak-anak yang pintar dan pendidikan itu merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan mereka kelak,karena mencerdaskan bagsa bukan hanya bagaimana mencerdaskan aspek kognitif saja tetapi bagaimana karakter mereka akan terbentuk dengan baik.
Komentar
Posting Komentar